Page 3 - Policy Brief
P. 3
2 Minimnya permodalan bagi pelaku industri lokal
Industri gim adalah industri kreatif yang sangat membutuhkan modal. Pada industri ini berlaku umum rumus sebagai berikut:
promosi besar-besaran, gim yang bagus, maka uang dengan sendirinya akan mengikuti. Rumus ini sangat sulit diterapkan
pelaku industri gim lokal. Dari sejumlah penyebab kegagalan pengembangan gim, kekurangan dana menjadi penyebab
tertinggi (35,29%).
Menurut Asosiasi Gim Indonesia (AGI),
industri gim secara fluktuasi sangat tinggi
dan kurang sustainable. Industri gim
membutuhkan faktor X, atau momentum
yang dapat membuatnya berkembang
pesat. Hal ini membuat investor enggan
untuk menyuntikkan dananya. Karena sulit
mencari investor, sumber pendanaan
pengembangan gim lokal di Indonesia
akhirnya didominasi biaya personal
pengembang gim (67,5%) yang terbatas.
(Peta Ekosistem Industri Game,
3 Minimnya kuantitas dan kualitas talenta sumber daya manusia (SDM)
Industri gim lokal membutuhkan SDM kompeten. Secara kuantittas, kebutuhan tersebut sulit dipenuhi dari pasar tenaga
kerja, karena belum adanya link and match, antara lulusan lembaga pendidikan dengan pasar industri gim. Industri gim lokal
tidak hanya membutuhkan programer, banyak ragam profesi yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan gim.
Secara kualitas, SDM yang ada pun juga masih belum sesuai dengan
kebutuhan industri gim lokal. Secara kualitas, Asosiasi Game
Indonesia (AGI) menyebutkan kualitas pengembang gim di Indonesia
belum merata. Hal ini secara umum berpengaruh pada rerata kualitas
gim lokal yang masih kalah dengan negara lain, misalnya Vietnam.
Sejak 2018 s.d. 2021 Indonesia baru memiliki 137 gim lokal yang
telah diproduksi. Jumlah ini masih jauh dibandingkan Polandia yang
mampu meluncurkan 200 game untuk PC dan konsol, serta 35 game
VR, setiap tahunnya.
4 Persepsi negatif terhadap gim
Beberapa tahun terakhir gim naik daun menjadi arena bagi profesi baru yang cukup menjanjikan. Mulai dari pengembang gim
sampai atlet e-sport. Sejumlah atlet e-sport bahkan akhirnya kita kenal menjadi influencer/public figure. Dalam beberapa
tahun belakangan, bahkan bermunculan kompetisi gim level internasional dan menjadi cabang olahraga yang
dipertandingkan. Meskipun demikian bukan berarti menekuni profesi tersebut adalah hal yang mudah dilakukan.
Terlepas dari perkembangan positif tersebut, secara umum persepsi negatif masih sangat lekat pada aktivitas memainkan
gim. Dianggap sebagai aktivitas untuk kesenangan semata dan jauh dari kesan produktif, bahkan cenderung konsumtif.
Terlebih lagi, muncul isu kesehatan sebagai dampak dari aktivitas gaming yang dipertegas dengan keputusan World Health
Organisation (WHO). Tahun 2018 lalu WHO telah memasukkan kecanduan game ke dalam versi terbaru International
Statistical Classification of Diseases (ICD), sebagai penyakit gangguan mental.
AGENDA KEBIJAKAN APA YANG HARUS DILAKUKAN
Survey Peta Ekosistem Industri Game 2020 yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia dan Asosiasi Game Indonesia menunjukkan 97,8% responden merasa perlunya keterlibatan pemerintah
dalam pengembangan industri gim di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah sudah sangat dinantikan oleh para
pelaku industri gim lokal.
Policy brief ini bermaksud untuk menyampaikan masukan ke kementerian dan lembaga terkait untuk:
1 Menerbitkan instrumen kebijakan yang komprehensif
Pemerintah bukannya belum melakukan apa-apa. Sejumlah langkah telah dilakukan dan patut mendapatkan apresiasi.
Namun demikian diperlukan upaya-upaya yang lebih terkonsolidasi.
POLICY BRIEF | GIM BUKAN MAINAN, WAKTUNYA JADI ANDALAN 3

